Dua Tahun Mencari Makna Bulan Ramadan
From: sule31
Date: 2009/8/26
Subject: sahru romadhon
To: ebacaan114@gmail.com
Salamun'alaikum
Apa kabar Bapa dan keluarga serta pengurus laman web e-bacaan.com?
Berikut saya lampirkan attachment.
Terima kasih atas perhatiannya.
Salam
Susanti dan Sulaeman dari IndonesiaSalamun’alaikum,
Yang terhormat pengurus laman web. Lama tak berjumpa, apa kabar? Maaf baru kali ini saya menyempatkan diri untuk menulis e-mail kembali.
Pada kesempatan ini saya ingin sampaikan pendapat sekaligus bertukar pikiran khususnya mengenai shaum (puasa romadhon) yang pada saat ini sedang orang-orang Islam laksanakan. Tulisan saya di bawah ini diberi title:
DUA TAHUN MENCARI MAKNA SAHRU ROMADON
(BULAN ROMADON)
karena sejak tahun 2007 saya mengalami proses pencarian makna sesungguhnya dari kalimat sahru romadon (bulan romadhon) tersebut.
Pada saat ini pun saya tidak mengatakan bahwa apa yang saya nyatakan adalah mutlak benar karena kebenaran hanya milik Allah dan sudah final. Masih banyak pekerjaan rumah yang tersisa untuk mengupas lebih jauh beberapa pengertian shaum yang diterangkan Allah dalam Qur’an.
Proses pencarian bisa saya bagi dalam beberapa tahan, di antaranya:
1. Tahap meyakini bahwa “ada sesuatu yang kurang tepat” berkenaan dengan sistem kalender Islam (Hijriah) khususnya mengenai kapan sesungguhnya dimulai sistem kalender tersebut dan apakah sama antara nama bulan ROMADHON sebagai salah satu nama bulan dalam sistem kalender tersebut dengan keinginan Allah dalam Qur’an.
2. Tahap lakukan shaum romadhon berdasarkan melihat bulan “PADA AKHIR MUSIM PANAS” yaitu tampilan cahaya yang paling terang dari bulan purnama. Pada tahap ini saya mencoba lakukan shaum selama 10 hari sesuai dengan pengertian bahwa kalimah “menyempurnakan perhitungan” di dalam Qur’an sesuai dengan minimal angka sepuluh (lihat surah 2:196 dan surah 7:142)
3. Tahap merasakan keraguan tentang saat dimulainya shaum romadhon karena di Indonesia ternyata tidak mudah mengamati kondisi bulan yang paling terang.
4. Tahap mulai kembali mencari sampai muncul beberapa ide termasuk datang dari beberapa kawan, misalnya kawan saya mengatakan bahwa kalimah “barangsiapa di antara kamu yang menyaksikan (mensyahidkan) bulan romadon itu” bukan sekedar “melihat” bentuk bulan di langit tetapi arti syahid termasuk “mengerti hukum Allah” artinya seseorang diwajibkan shaum kalau dia sudah mengerti kedudukan atau pengertian sesungguhnya dari shaum tersebut. Pemikiran yang lain juga muncul ketika saya memperhatikan isi surat 33:35 yang artinya sbb:
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin , laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah sediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS 33:35)
Dalam ayat ini saya memperhatikan bahwa predikat SHOOIMIINA dan SHOOIMAATI (laki-laki dan perempuan yang berpuasa) adalah setara dengan beberapa predikat yang disebutkan dalam ayat tersebut seperti muslimin-muslimat, mu’minin-mu’minat, qonitin-qonitat dsb. Artinya nilai shaum harus tertanam kuat di dalam jiwa muslim. Tertanamnya nilai shaum itu akan mungkin terjadi kalau shaum dilakukan cukup sering dan tidak dilakukan setahun sekali.
5. Tahap menemukan titik terang arti kalimah SAHRU ROMADON. Berikut adalah uraian pengertian SAHRU ROMADON yang saya pahami:
Mari kita perhatikan isi surat al-Baqarah ayat 185 berikut:
Bulan Ramadhon adalah (saat) diturunkannya al-Qur’an (berupa) petunjuk bagi manusia dan penjelas bagi petunjuk itu sendiri dan sebagai pembeda. Maka siapa saja di antara kamu yang mensyahidkan (menyaksikan datangnya petunjuk) pada bulan itu maka hendaklah ia berpuasa, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka tangguhkanlah hingga saat yang lain. Allah hendakkan kemudahan bagimu, dan tidak hendak kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu menyempurnakan hitungannya agar kamu agungkan Allah atas petunjuk yang telah diberikan kepadamu, supaya kamu berterima kasih. (QS 2:185)
(1) SYAHRU ROMADOONA artinya bulan Romadon. Pengertian bulan Romadon ini bukan seperti pengertian kebanyakan manusia yaitu bulan ke-9 dalam tahun Hijriah. Pengertian SYAHRU ROMADOONA adalah bulan tertentu (saat tertentu) di dalam 12 bulan yang berkaitan dengan DATANGNYA PETUNJUK QUR’AN kepada seseorang. Jadi nama bulan Romadon ini bisa berbeda-beda bagi tiap manusia tergantung apakah pada saat itu dia dapat petunjuk (hidayah) dari Allah atau tidak. Pada saat ia mendapatkan petunjuk (dengan pengertian yang utuh dan cukup jelas baginya) maka itulah bulan Romadon baginya.
(2) SAHRU ROMADON adalah salah satu nama jenis shaum dari berbagai jenis shaum yang Allah cantumkan dalam Qur’an seperti:
· Shaum 3 hari karena sumpah yang sungguh-sungguh (QS 5:89).
· Shaum 10 hari pada saat laksanakan ibadah haji, 3 hari di tempat ibadah haji dan 7 hari di tempat asal. (QS 2:196)
· Shaum 2 bulan berturut-turut karena membunuh mu’min dengan tidak disengaja.
· Shaum 2 bulan berturut-turut karena menganggap istri sebagai ibu/mendzihar istri (QS 58:4)
· Shaum ibunda Nabi Isa (Maryam) yaitu shaum tidak berbicara.
Surah al-Baqarah ayat 183 adalah perintah untuk laksanakan shaum secara umum (perintah untuk seluruh shaum yang ada dalam Qur’an), sedangkan ayat 185-nya menunjukkan salah satu jenis shaum yaitu shaum romadhon.
(3) Di ujung ayat ayat di atas tampak jelas bahwa penyempurnaan perhitungan puasa ditujukan sebagai tanda terima kasih (syukur) kepada Allah atas petunjuk yang diberikan-Nya kepada kita.
(4) Mengapa Allah mengaitkan datangnya petunjuk dengan interval waktu dalam bulan, bukan hari? Allah juga yang mengajarkan untuk mempelajari Qur’an bertahap, teliti dan tidak tergesa-gesa sehingga sangat mungkin bahwa urutan kejelasan maksud suatu petunjuk yang satu dan petunjuk berikutnya akan berlangsung dalam hitungan minimal bulan dan bukan hari.
(5) Dalam satu tahun (12 bulan) bila kita mendapatkan beberapa petunjuk, sangat mungkin berarti kita lakukan puasa lebih dari satu kali bahkan bisa lebih dari satu kali per bulan.
(5) Kalimah WALITUKMILUL IDDAH (hendaklah kamu menyempurnakan hitungannya) adalah berhubungan dengan jumlah hari yang genap SEPULUH. Hal ini sesuai dengan bunyi kalimah AYYAMAM MA’DUDAT (beberapa hari yang terhitung) dalam surat al-Baqarah ayat 184 yang artinya jumlah hari yang tidak terlalu banyak dan masih bisa dihitung dengan hitungan jari. Bandingkan pula kalimat MENYEMPURNAKAN hitungan yang berkaitan dengan angka 10 di surat al-Baqarah ayat 196 dan surat al-A’raaf ayat 142.
(6) Bila puasa jadi suatu kebiasaan tanda terima kasih kepada Allah maka sangat mungkin kita akan lakukannya cukup sering (seiring dengan keseriusan dan kemauan kita dalam mempelajari ayat-ayat Allah) sehingga akibatnya akan tercipta insan yang tertanam jiwa yang miliki nilai-nilai puasa yang mendalam dan hal ini sesuai dengan surat al-Ahzab ayat 35:
Dalam salah satu bagian ayat tersebuat tampak bahwa SHAUM atau puasa jadi predikat seseorang baik laki-laki dan perempuan (SHOOIMIINA-SHOOIMAATI) yang sejajar dengan predikat-predikat lainnya yang Allah berikan seperti muslimin-muslimat, mu’minin-mu’minat, dsb. Predikat yang tertanam tersebut sangat mungkin tercipta BUKAN KARENA SUATU RITUAL KEBIASAAN SETAHUN SEKALI apalagi terkotori dengan nafsu, budaya foya-foya dsb, melainkan tertanam karena kita CUKUP SERING lakukannya karena keihlasan dan rasa terima kasih (syukur) kepada Allah.
Demikianlah pendapat saya mengenai bulan romadon dan shaumnya. Saran dan pendapat terhadap tulisan ini sangat saya harapkan dalam usaha saling menasihati sesama manusia.
Terima kasih.
Bogor Indonesia, 26 Agustus 2009
Salamun’alaikum
Sulaeman & Susanti
Salamun alaikum,
Terima kasih kepada Pak Sulaeman suami isteri yang sudi menulis lagi setelah kian lama. Perkara yang dibangkitkan sudah juga dibangkitkan oleh sesetengah pihak "orang Qur'an" di negara ini.
Bagi kami, kerana Allah mengatakan al-Qur'an itu jelas, maka hal berkaitan bulan Ramadan dan puasa padanya itu juga sudah jelas disuratkan-Nya. Lagipun, ayat bersabit berjenis mukhamat, yang tiada unsur teka-teki padanya.
Kami mempunyai pendapat tersendiri mengenai Ramadan dan berpuasa padanya. Pendapat kami tidak serupa pendapat yang mengatakan puasa bulan Ramadan bukan sebulan lamanya, dan pendapat kami diringkaskan seperti berikut:
Frasa "Bulan Ramadan" (2:185) dalam bahasa
Inggeris adalah "the month of Ramadan" di mana dalam kalendar
Gregorian satu month mengandungi bilangan hari yang
terhitung iaitu 28, 29, 30 dan 31 hari. Bagi bulan lunar pula
(seperti Ramadan), bilangan hari yang dihitung, adalah lazimnya 29
dan 30. Puasa yang diperintah Allah adalah pada bulan tersebut
yang hitungan harinya juga sudah disebut. Firman-Nya,
"Maka hendaklah orang-orang antara kamu yang
menyaksikan (hadir) pada bulan itu, berpuasa;" (2:185).
Satu daripada tujuan menghitung hari bagi bulan tersebut supaya
orang-orang yang tidak dapat berpuasa (kerana sakit atau dalam perjalanan)
menggantikannya pada hari-hari lain untuk mencukupkan bilangan "wajib" berpuasa
bulan Ramadan. Firman Allah, "dan sesiapa yang sakit, atau dalam perjalanan,
maka sebilangan daripada hari-hari yang lain. Allah hendakkan kemudahan bagi
kamu, dan tidak hendak kesukaran bagi kamu; dan agar kamu cukupkan bilangan," (2:185).
Firman Allah,
"Maka
hendaklah orang-orang antara kamu yang menyaksikan (hadir) pada bulan
itu, berpuasa; dan sesiapa yang sakit, atau dalam perjalanan, maka
sebilangan daripada hari-hari yang lain" (2:185). Frasa
hari-hari yang lain pada hemat kami
bermaksud hari-hari yang bukan pada bulan itu
(Ramadan). Ini menunjukkan puasa tidak diganti pada bulan Ramadan
kerana bulan itu bulan puasa "wajib". Sekiranya puasa hanya 10 hari maka ia
boleh diganti pada bulan itu juga.
Allah tidak menyebut secara khusus berpuasa
10 hari dalam bulan Ramadan, tidak seperti 10 hari yang disebut
khas untuk Haji. Dia hanya mengatakan "Maka hendaklah orang-orang antara kamu yang
menyaksikan (hadir) pada bulan itu, berpuasa;" (2:185).
Jumlah hari "bulan itu" adalah 29 atau 30 menurut orang yang ketahuinya. Malah, kalau ingin ikut bilangan hari berpuasa
seperti tujuan lain mengapa pilih 10 dan tidak dua bulan
berturut-turut (58:4) yang bilangan harinya harus dihitung juga? Atau 3 hari
(5:39) yang lebih sedikit?
Tentang frasa "hari yang terhitung" (2:184 dan 2:203 - kedua-dua ayat ini tidak menyebut 10 hari) yang diguna sebagai dalil untuk mengiakan pendapat atas puasa 10 hari, kami dapati ia juga digunakan di dalam ayat-ayat berikut dan bilangannya tidak juga disebut:
"Dan
mereka berkata, 'Api tidak akan sentuh kami kecuali beberapa hari
yang terhitung.' Katakanlah, 'Sudahkah kamu ambil satu perjanjian
sehingga Allah tidak akan mungkiri perjanjian-Nya, atau kamu katakan terhadap Allah apa yang tidak kamu tahu?'" (2:80)
"Itu kerana mereka kata, 'Api tidak akan sentuh kami kecuali
untuk beberapa hari yang terhitung.' Apa yang mereka ada-adakan menipu mereka dalam agama mereka." (3:24)
Perkataan Ramadan adalah jenis nama
khas, yang sudah diguna oleh orang Arab sebelum al-Qur'an
diturunkan lagi, dan ia seperti bulan-bulan Haji yang Allah
mengatakan sudah diketahui (2:197) oleh orang-orang yang
diturunkan al-Qur'an.
Tentang Ramadan itu panas pula, ia telah dibincang di sini.
Demikianlah pendapat kami. Selanjutnya, untuk senang merujuk kepada ayat-ayat puasa Ramadan kami turunkan mereka di bawah ini:
"Wahai orang-orang yang percaya, dituliskan bagi kamu berpuasa sebagaimana dituliskan bagi orang-orang sebelum kamu, supaya kamu bertakwa." (2:183)
"Pada hari-hari yang terhitung; dan jika sesiapa antara kamu sakit, atau jika dia dalam perjalanan, maka sebilangan daripada hari-hari lain; dan bagi orang-orang yang tidak boleh, ditebus dengan memberi makan seorang miskin, tetapi lebih baik baginya, yang buat kebaikan dengan sukarela, bahawa kamu berpuasa adalah lebih baik bagi kamu, jika kamu tahu." (2:184)
"Bulan Ramadan yang padanya Al-Qur'an diturunkan untuk menjadi satu petunjuk bagi manusia, dan sebagai bukti-bukti yang jelas daripada Petunjuk itu, dan Pembeza. Maka hendaklah orang-orang antara kamu yang menyaksikan (hadir) pada bulan itu, berpuasa; dan sesiapa yang sakit, atau dalam perjalanan, maka sebilangan daripada hari-hari yang lain. Allah hendakkan kemudahan bagi kamu, dan tidak hendak kesukaran bagi kamu; dan agar kamu cukupkan bilangan, dan agungkan Allah, bahawa Dia beri petunjuk kepada kamu supaya kamu berterima kasih." (2:185)
"Dihalalkan bagi kamu, pada malam puasa, bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagi kamu, dan kamu, pakaian bagi mereka. Allah tahu bahawa kamu khianati diri-diri kamu sendiri, dan terima taubat kamu, dan maafkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka, dan carilah apa yang Allah tuliskan (tetapkan) untuk kamu. Dan makan dan minumlah, sehingga benang putih menjadi jelas bagi kamu daripada benang hitam, pada fajar, kemudian sempurnakanlah puasa sampai malam, dan jangan campuri mereka sedang kamu bertekun (iktikaf) di masjid. Itu had-had (hudud) Allah; janganlah keluar daripadanya. Begitulah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada manusia supaya mereka bertakwa." (2:187)
Dan di sini pula terdapat semua ayat al-Qur'an yang mengandungi perkataan puasa.
Akhir sekali, ingin dimaklumkan iaitu pendapat kami dikemukakan dengan tidak berniat menghalang mana-mana pihak yang ingin berpuasa Ramadan kurang daripada sebulan. Dan maaf jika tersinggung.
Selamat meneruskan puasa bulan Ramadan.
Salam.
27 Ogos 2009
Halaman Utama
Terkini Perpustakaan Artikel
Bacaan
E-Mail
Hiasan
Kalimat Pilihan
Keratan Akhbar
Penemuan Soalan Lazim
Sudut Pelajar Senarai Penulis
English Articles
Tulis kepada Pengurus Laman